Kamis, 16 Februari 2012

PELANGI BUIH

malam ini lekukan tubuhmu tak lingsai
tak ada pola, tak terasa nikmat di cakrawala pikiranku
entah kemana hijau sabana itu?
mengangkasa,memendar, dan-
hilang.

lihatlah Arjuna tua !
kerumunan bangau terbang menggendong mimpi-mimpi anak zaman
kepaknya mencipta badai di altar tua;
berdarah, bernanah, dan-
tak dikenal.

Saksikanlah amuk badai ini
mimpi kami melumut di lorong ide
mencipta gelap tak sedap
kau curi waktu dari pundak bangsamu
hanya meninggalkan penggalan kata-kata

siapalah kami yang tak mengerti kata-kata !



Jakarta,16 Februari 2012

Jumat, 31 Desember 2010

Cinta untuk si gila (1)


Begitukah caramu mencipta hati ?
kalap, beringas,kasar !
itukah rasa: memaksa !

Sekilas,-
aku adalah kau; pecinta, penakut,
padahal sayangku melebihi pengemis buta,
penyamun lugu dari taman menteng sekalipun.
Kau salah !

Adakah berbagi, bukan memberi.
kebahagiaan kubeli,tidak kuminta.
Alpa kemestian: hak mengembun,
bahagia  kering di bibir sumbing,
janji mencipta awan bengkak.
Kau tak mengerti juga; tak mau mengerti !

Sudahlah ! lupakan !
Adalah kebenaran di hatiku
akan cinta yang makin bergolak;
membara ! menyala ! membakar !
- mengembara ke malam-malam pucat,
membagi sepotong demi sepotong luka:
harga diri lacur, bendera robek, hati retak, dan 
kebenaran sekarat.

Aku tak peduli; aku cinta !aku suka !aku sayang ! aku edan !
Bukan benci, kau salah lagi.
- Cintaku ! abadi bersama kegilaanmu,
adalah aku cinta,kau gila; cinta gila !

"Jiwa Gentayangan"



(Puisi untuk  Lutfiyah Handayani & ahmad Syubbanudin Alwy, para Pencari Cinta di padang Perang ! ) 


Aduhai jiwa gentayangan !
Bilakah luruh di kaki gulita:
keringkan luka patah sayapmu.
Lelah bertandang di negeri jahanam
telanjangi nestapa gurun kerontang.
     - kau lihat jelas di matamu !

Mihrab-mihrab  darah dihuni  raja  lalim,
sihir bangun istana,
keserakahan cipta dunia,
tasbih-tasbih palsu para pendosa
     - kau lipat kuat dalam ingatanmu.

Aduhai jiwa gentayangan !
Adakah sampai cahaya,karna kaulah kutukan,
kau terlahir di sana: dunia gelisah.

.............

"Sebentuk Hati Mati"




(1)
Senja pucat di bumi kuyup
Menjadi tuan dingin jahat
Kau tengadah melepas rasa sakit yang digukung mendung
Lelah sudah landai di punggung resah
mengerak mimpi di lorong kesadaran yang mati suri

Hasrat engah meruang dan berkelindan
Sementara di kaki hujan terbesut borok kesetiaan membusuk;
setia pada ketidaksetiaan

(2)
Setegar karang, kau-
menanti selongsong cahaya menyibak belukar
Kau pagari tangisanmu di beranda malam-malam
Sedangkan mendung enggan menjauh dari bilik persembunyian

Sadarlah ! derita selindungkan akal dan hatimu
jauh menembus batas nalar dan kemanusiaan
Pulanglah ! bahagia merindumu
dekat merangsak batas nurani dan kesetiaan

Jumat, 10 Desember 2010

Sajak Cinta untuk Zie'

Selarik alis lengkung di langit.
Bulan sipit dari celah batu,
sepasag mata setan mengintai
percintaan dua insan di gurun ribut.

Dua hati mabuk bercumbu,
mantel barbar tersingkap bebas di pundak.
Menyatu dalam dekap,
hilang kata-kata,puisi,sajak dan syair.
Senyap mengamini gurindam:
desah, decak, degup bawah dada.
Geloranya melebihi kawah merapi.

Pada angin angan mengawang. 
Tercerabut dari akal sehat
Pasrahkan harapan pada waktu.
Yang terjadi, terjadilah !

Dan esok; ketika matahari  bangunkan dedaun kaktus,
empat tapak kaki menilas,
cinta tanpa kata: kau dan aku !

 
Cirebon, Agustus 2010